Novel Laskar Pelangi Bagian 26 (Be There or Be Damned !)
"APAKAH Ananda sudah memiliki rencana A dan rencana B?"
Itulah pertanyaan pertama Bu Mus kepada Mahar sekaligus awal pidato panjang untuk menasihati tindakannya yang sudah keterlaluan. la sudah berbelok ke jalan gelap dunia hitam, ia harus segera disadarkan. Pelajaran praktik olahraga yang sangat kami sukai dibatalkan. Semuanya harus masuk kelas dalam rangka menghakimi Mahar dan mengembali- kannya ke jalan yang lurus. Layar pun turun, rol-rol film drama diputar.
Mahar menunduk. Ia pemuda yang tampan, pintar, berseni, tapi keras pendiriannya.
"Ibunda, masa depan milik Tuhan .,„¦" Aku melihat cobaan yang dihadapi seorang guru. Wajah Bu Mus redup. Seorang sahabat pernah mengatakan bahwa guru yang pertama kali membuka mata kita akan huruf dan angka-angka sehingga kita pandai membaca dan menghitung tak 'kanputus-putus pahalanya hingga akhir hayatnya. Aku setuju dengan pendapat itu. Dan tak hanya itu yang dilakukan seorang guru. Ia juga membuka hati kita yang gelap gulita.
"Artinya Ananda tidak punya sebuah rencana yang positif, tak pernah lagi mau membaca buku dan mengerjakan PR karena menghabiskan waktu untuk kegiatan perdukunan yang membelakangi ayat-ayat Allah."
Bu Mus mulai terdengar seperti warta berita RRI pukul 7. Lintasan berita: "Nilai-nilai ulanganmu merosot tajam. Kita akan segera menghadapi ulangan caturwulan ke tiga, setelah itu caturwulan terakhir menghadapi Ebtanas. Nilaimu bahkan tak memenuhi syarat untuk melalui caturwulan tiga ini. Jika nanti ujian antaramu masih seperti ini, Ibunda tidak akan mengizinkanmu ikut kelas caturwulan terakhir. Itu artinya kamu tidak boleh ikut Ebtanas."
Ini mulai serius, Mahar tertunduk makin dalam. Kami diam mendengarkan dan khotbah berlanjut. Berita utama: "Hiduplah hanya dari ajaran AlQur'an, hadist, dan sunatullah, itulah pokok-pokok tuntunan Muhammadiyah. Insya Allah nanti setelah besar engkau akan dilimpahi rezeki yang halal dan pendamping hidup yang sakinah."
Disambung berita penting: "Klenik, ilmu gaib, takhayul, paranormal, semuanya sangat dekat dengan pemberhalaan. Syirik adalah larangan tertinggi dalam Islam. Ke mana semua kebajikan dari pelajaran aqidah setiap Selasa? Ke mana semua hikmah dari pengalaman jahiliah masa lam-pau dalam pelajaran tarikh Islam? Ke mana etika kemuhammadiyahan?"
Suasana kelas menjadi tegang. Kami harap
Mahar segera minta maaf dan menyatakan pertobatan tapi sungguh sial, ia malah menjawa b dengan nada bantahan.
"Aku mencari hikmah dari dunia gelap Ibunda dan penasaran karena keingintahuan. Tuhan akan memberiku pendamping dengan cara yang misterius ii
Kurang ajar betul, Bu Mus bersusah payah menahan emosinya. Aku tahu beliau sebenarnya ingin langsung me-labrak Mahar. Air mukanya yang sabar menjadi merah. Beliau segera keluar ruangan menenangkan dirinya.
Kami serentak menatap Mahar dengan tajam. Alis Sahara bertemu, tatapan matanya kejam sekali.
"Minta maafsana! Tak tahu diuntung!" hardikSahara.
Kucai selaku ketua kelas ambil bagian, suara-nya menggelegar, "Melawan guru sama hukumnya dengan melawan orangtua, durhaka! Siksa dunia yang segera kauterima adalah burut! Pangkal pahamu akan membesar seperti timun suri hingga langkahmu ngangkang!" Keras sekali Kucai menghardik Mahar tapi yang dipelototinya Harun.
Wajah Mahar aneh. Ia seperti sangat menye-sal dan merasa bersalah tapi di sisi lain tampak yakin bahwa ia sedang mempertahankan sebuah argumen yang benar, menurut versinya sendiri tentu saja.
Persis ketika kami ingin memprotes Mahar secara besar-besaran tiba-tiba Bu Mus masuk lagi ke dalam ruangan dan menyemprotkan pokok berita, "Camkan ini anak muda, tidak ada
hikmah apa pun dari kemusyrikan, yang akan kau dapat dari praktik-
praktik klenik itu adalah kesesatan yang semakin lama semakin dalam karena
sifat syirik yang berlapis-lapis. Iblis mengipasngipasimu setiap kali kau kipasi bara api
kemenyan-kemenyan itu."
Mahar mengerut. la tampak sangat bersalah telah membuat ibunda gurunya muntab. Bu Mus ternyata bisa juga emosi dan tak berhenti sampai di
situ, "Sekarang kau harus mengambil sikap karena ini
Belum selesai ultimatum itu tiba-tiba terde-ngar assalamu'alaikum . Bu Mus menjawab dan mempersilakan masuk kepala sekolah kami, seorang bapak berwajah penting, dan seorang anak perempuan tapi seperti laki-laki. Anak perempuan ini berpostur tinggi, dadanya rata, pantatnya juga rata. la seperti sekeping papan Sepatunya bot Wrangler navigator yang mahal dan itu adalah sepatu laki-laki. Kaus kakinya lucu, berwarna-warni meriah berlapis-lapis seperti sarang lebah dan menutupi tempurung lutut. la jelas bukan orang Muhammadiyah karena semua wanita Muhamma-diyah berjilbab. la memakai rok besar dari bahan wol bermotif kotak-kotak besar merah seperti kilt orang-orang Skotlandia. Kilt itu menutupi ujung atas kaus kakinya tadi sehingga tak ada sedikit pun celah kulit kakinya yang terbuka. Rambutnya pendek, kulitnya putih bersih sangat halus, dan wajahnya cantik. Secara umum ia tampak seperti seorang pemuda Skotlandia yang imut.
Bapak berwajah orang penting tadi berusaha tersenyum ramah.
"Ini anak saya, Flo," katanya pelan-pelan.
"Dia sudah tidak ingin lagi sekolah di sekolah PN dan sudah membolos dua minggu. Dia bersikeras hanya ingin sekolah di sini."
Orang penting ini menggaruk-garuk kepalanya. Setiap kata-katanya adalah batu berat puluhan kilo yang ia seret satu per satu. Nada bicaranya jelas sekali seperti orang yang sudah kehabisan akal mengatasi anaknya itu. Kami semua termasuk kepala sekolah tersipu menahan tawa. Bu Mus yang baru saja marah juga tersenyum. Sebuah senyum terpaksa karena kami semua sudah tahu reputasi Flo. Beliau sudah pusing tujuh keliling menghadapi Mahar dan sekarang harus ditambah lagi satu anak setengah laki-laki setengah perempuan yang sudah pasti tak bisa diatur! Hari ini adalah hari yang sial dalam hidup Bu Mus.
Flo sendiri acuh tak acuh, ia tak tersenyum dan hanya menatap bapaknya. Anak cantik ini berkarakter tegas, pasti, tahu persis apa yang ia inginkan, dan tak pernah ragu-ragu, sebuah gambaran sikap yang mengesankan. Bapak-nya juga menatap anaknya, suatu tatapan penuh kekalahan yang pedih. Lalu bapaknya melihat sekeliling ruangan kelas kami yang seperti ruang interogasi tentara Jepang, tatapannya semakin pedih. Dengan pasrah ia menyampaikan ini.
"Maka saya serahkan anak saya pada Ibu, jika ia menyulitkan, Bapak Kepala Sekolah sudah tahu di
mana harus menemui saya. Menyesal harus saya sampaikan bahwa ia pasti akan menyulitkan."
Kami tertawa dan bapaknya tersenyum pahit. Flo masih cuek seolah semua kata-kata itu tak ada maknanya, laksana angin lewat saja. Kepala Sekolah dan orang penting itu mohon diri. Kepala Sekolah kami tersenyum simpul sambil memandang Bu Mus penuh arti.
Bu Mus memandangi Flo dari samping Mahar yang baru saja dimarahinya habis-habisan dan Flo yang berandal berdiri tegak di depan kelas seperti orang mengambil pose untuk peragaan kaus kaki Italia model terbaru. Meskipun seperti laki-laki tapi ia sesungguhnya gadis remaja yang menawan, dan kulitnya indah luar biasa. Di kelas ini ia laksana Winona Ryder yang diutus UNICEF untuk membesarkan hati para penderita lepra di sebuah kampung kumuh diSudan.
Flo menyilangkan kakinya, bahunya yang ku-rus bidang mekar seperti memiliki bantalan di pundak-pundaknya. Ia sangat memesona. Semua mata menghunjam ke arahnya. Sebuah peman-dangan yang tak biasa. Jika diamati dengan saksama, di balik kedua bola matanya yang gelap coklat seperti buah hamlam tersembunyi kebaikan yang sangat besar.
Semuanya diam, Flo juga diam. Kami berharap Flo akan memecah kekakuan dengan memperke-nalkan dirinya. Tapi ia tak melakukan itu dan Bu Mus juga tak memintanya mengenalkan diri karena dua alasan: Flo jelas tak senang dengan formalitas,
kedua: siapa yang tak kenal Flo? Namanya melambung gara-gara hilang di Gunung Selumar tempo hari dan reputasinya semakin top karena baru-baru ini menjuarai pertarungan kick boxing. Ia mengKO hampir seluruh lawannya padahal ia satu-satunya petarung wanita. Maka Bu Mus mengambil inisiatif sambil tersenyum bersahabat.
"Baiklah, selamat datang di kelas kami, setelah ini pelajaran kemuhammadiyahan, silakan Ananda duduk disanadenganSahara"
Saharasenang bukan main karena selama sembilan tahun hanya ia satu-satunya wanita di kelas kami. Selama ini ia duduk sendirian dan sekarang ia akan punya teman sesama jenis. Ia mengusap-usap kursi kosong di sampingnya dan menampilkan bahasa tubuh selamat datang. Tapi di luar dugaan ternyata Flo tak beranjak Wajahnya tak menunjukkan minat sama sekali. Dia membatu dan meman-dang jauh ke luar jendela. Kami bingung, lalu Flo kembali meman-dang kami dan kami terkejut ketika dengan pasti ia menun-juk Tarapani sambil bersabda:
"Aku hanya ingin duduk di samping Mahar!" Luar biasa! Kalimat pertama yang meluncur dari mulut kecil makmurnya itu setelah baru saja beberapa menit menginjakkan kaki di sekolah Muhammadiyah adalah sebuah pembangkangan! Pembangkangan bukanlah hal yang biasa di perguruan kami. Kami tak pernah sekali pun dengan sengaja menyatakan pembangkangan, kami bahkan memanggil guru kami ibunda guru.
Kami terperanjat, demikian pula Bu Mus. Air muka sabarnya menjadi keruh. Baru saja beliau memikir-kan kemungkinan kerusakan etika Muhammadiyah yang akan dibuat Mahar dan murid baru separuh pria ini, tiba-tiba sekarang dua ekor angin tornado ini ingin bersekutu. Berat sekali cobaan hidup Bu Mus. Wajah Bu Mus sembap. Flo menunjukkan wajah tak mau berkompromi dan Bu Mus sudah tahu bahwa percuma melawan dia. Lagi pula bagi Flo dirinya bukanlah wanita, maka ia tak mau duduk denganSahara. Di sisi lain ia menganggapTrapaniharus mengalah karena ia adalah seorang wanita. Transeksual memang sering membingungkan.
Trapanikebingungan karena dia sudah sembilan tahun terbiasa duduk sebangku dengan Mahar dan Bu Mus harus mengambil keputusan yang sulit. Beliau memberi isyarat padaTrapaniagar lungsur. Flo menghambur ke kursi bekasTrapanidi samping Mahar. Mahar serta-merta mengeluarkan tiga ma-cam sikap khasnya yang menyebalkan: menaikkan alis, mengangkat bahu, dan mengangguk-angguk. Kami muak melihatnya tapi ia tampak senang bukan main. Seperti dugaannya, Tuhan telah memberinya pendamping secara misterius. Sebuah doa yang langsung dikabulkan di tempat. Bajingan kecil itu memang selalu beruntung. Sebaliknya,Trapanikehilangan teman sebangku dan ia sekarang harus duduk denganSaharayang temperamental.Saharasendiri sangat tidak suka menerimaTrapani. Ia mengaum, alisnya bertemu.
Flo tampak kaku duduk di kelas kami dan seluruh ruangan itu sama sekali tidak merepre-sentasikan setiap jenis sandang yang dikena-kannya. Kelas rombeng ini juga tak cocok dengan kulit putih dan raut mukanya yang penuh sinar kekayaan. Apa yang dicari anak kaya ini di sekolah miskin yang tak punya apa-apa? Mengapa ia ingin menukar gemerlap sekolah PN dengan sekolah gudang kopra? Buah khuldi di pekarangan siapa yang telah dimakannya sehingga dia terusir dari tamanedenGedong?
Tidak, ia tidak dicampakkan oleh sekolah PN tapi ia sengaja ingin pindah ke sekolah Muham-madiyah atas kemauan sendiri, tanpa tekanan dari pihak mana pun dan dalam keadaan sehat walafiat jasmani dan rohani, hanya pikirannya saja yang sedikit kacau.
Pada hari-hari pertama kami terkagum-kagum dengan berbagai perlengkapan sekolahnya yang menurut ia biasa saja. Ia memiliki enam macam tas yang dipakai berbeda-beda setiap hari. Tas hari Jumat paling menarik karena ber-umbai-rumbai seperti tas Indian. Ia juga memiliki banyak kotak. Kotak khusus untuk beragam penggaris: ada penggaris busur, penggaris segitiga, penggaris siku, dan beragam ukuran penggaris segi empat. Kotak lainnya berisi jangka-jangka kecil, berbagai jenis pensil, pulpen, dan penghapus seperti kue lapis yang dapat menimbulkan rasa lapar. Lalu ada serutan yang lucu serta sapu tangan handuk kecil di dalam tas rajutan ibunya.
Di dalam tas rajutan kecil itu ada berjejal-jejal uang kertas yang dimasukkan dengan sembrono oleh Flo. Jika ia membuka tas itu sering kali uang tadi berjatuhan ke lantai. Jumlah uang itu semakin hari semakin banyak dan membuat tasnya menjadi gendut. Flo tidak bisa membelanjakan uang itu di sekolah Muhammadiyah karena tak ada yang bisa dibeli. Uang itu memiliki nama yang sangat asing bagi kami: uang saku. Sesuatu yang seumur-umur tak pernah kami dapat-kan dari orangtua kami.
Sebagian besar benda-benda itu belum pernah kami lihat. Ia amat berbeda dengan kami dalam semua hal. Ia seumpama bangau Hokaido yang anggun tersasar ke kandang itik. Setiap pagi ia diantar sopirnya dengan sebuah mobil mewah tentu saja setelah ia sarapan dari semacam benda yang dapat membuat roti meloncat.
Sejak kami menjadi pahlawan kesiangan yang menemukan Flo ketika ia hilang di Gunung Selumar tempo hari ia memang telah mengenal kami, terutama Mahar dan reputasinya. Flo hengkang dari sekolah PN karena didorong oleh kepribadiannya yang pembosan, cenderung antikemapanan, tergila-gila dengan pemberontakan, dan keinginannya menjadi anggota Laskar Pelangi yang unik. Tapi ada alasan lain yang tak banyak orang tahu, dan ini agak berbahaya, yaitu ia tergila-gila pada Mahar. Ia mengagumi Mahar bukan sebagai pribadi tapi sebagai seorang profesional muda perdukunan.
Karena orangnya memang ekstrovert dan ber-pikiran terbuka maka kami segera akrab dengan Flo. Pada sebuah sore yang dingin setelah hujan lebat Flo kami inisiasi di dahan tertinggi filicium dan sejak sore itu ia resmi kami bai'at sebagai anggota Laskar Pelangi. Saat pelangi melingkar dan guruh bersahut-sahutan membahana di atas langitBelitong Timur,iamengucapkan janji setia persaudaraan.
Ternyata Flo adalah pribadi yang sangat menyenangkan. Ia memiliki kemampuan beradaptasi yang luar biasa. Ia cantik dan sangat rendah hati, sehingga kami betah di dekatnya. Ia tak pernah segan menolong dan selalu rela berkorban. Terbukti bahwa di balik sifatnya keras kepala tersimpan kebaikan hati yang besar.
Aneh, di sekolah Muhammadiyah yang tak punya fasilitas apa pun Flo sangat bersemangat.Adasesuatu yang menggerakkannya. Ia tak pernah sehari pun bolos dan bersikap sangat santun kepada para pengajar. Konon bapaknya sampai mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah kami dan Bu Mus. Ia datang lebih pagi dari siapa pun, menyapu seluruh sekolah, menimba berember-ember air dan menyiram bunga tanpa diminta. Sekolah ini adalah jembatan jiwa baginya.
Flo sangat dekat dengan Mahar. Mereka saling tergantung dan saling melindungi. Hubungan mereka sangat unik. Dengan bersama Mahar dan berada di sekolah Muhammadiyah Flo seperti berada di dunia yang memang diidamkannya selama ini. Ia seperti orang yang telah menemukan identitas setelah bersusah payah mencarinya melalui pemberontak-an-pemberontakan sinting. Demikian pula Mahar, ia merasa menemukan satu-satunya orang yang memahaminya, tak pernah melecehkannya, dan menghargai setiap kelakuan anehnya. Maka mereka seperti Star sky and Hutch atau Harley Davidson and The Marlboro Man, gandeng renteng kesanakemari persisTrapanidan ibunya.
Mahar benar-benar telah mendapatkan pen-damping. Mereka sering tampak berduaan, berbicara, bertukar pikiran sampai berjam-jam. Orang yang melihatnya akan menyangka mereka berpacaran. Seorang pemuda tampan dan seorang anak gadis cantik yang tomboi, siang malam tak terpisahkan. Saling tergila-gila, serasi sekali. Tapi kenyataannya mereka sama sekali tidak punya hubungan emosional semacam itu. Mereka memang tergila-gila tapi kekasih hati mereka adalah dunia gelap mistik dan klenik.
Dunia gelap itulah yang memicu adrenalin Flo dan itu jugalah salah satu tujuannya mendekati Mahar. Berbeda dengan A Kiong yang juga mengabdi kepada Mahar tapi memosisikan diri sebagai murid, Flo sebaliknya memosisikan diri sebagai rekan. Persekutuan mereka membawa kemajuan yang pesat dalam elaborasi dunia metafisik karena ditunjang oleh sumber daya yang dimiliki Flo. Mereka mempelajari dengan saksama fenomena-fenomena aneh melalui majalah-majalah luar negeri dan buku-buku ilmiah karangan psychist ternama. Kalau dulu Mahar berurusan dengan primbon atau prasasti dan istilah-istilah kuntilanak, jenglot, Dalbho anak genderuwo, dan pocong, sekarang referensinya meningkat menjadi paranormal-phernalia, UFO codes, science fictions news, dan The Anomaiist, dan bicaranya juga menjadi lebih maju dan keren, kalau dulu kemenyan, tuyul, kerasukan setan, dan santet, sekarang menjadi istilah-istilah paranormal asing seperti exorcism, clairevoyance, sightings, dan poltergeist.
Mahar tertarik pada mitologi, hubungan supranatural dengan antropologi, sejarah, cerita rakyat, arkeologi, kekuatan penyembuhan, ilmu-ilmu purba, ritual, dan kepercayaan berhala. Maka sedikit banyak ia menganggap dirinya seorang ilmuwan supranatural. Sebaliknya, Flo adalah petualang sejati. Ia kurang tertarik dengan aspek ilmu dan keyakinan dalam kejadian-kejadian mistik tapi ia ingin mengalami manifestasi berbagai teori dan fenomena magis dalam praktik. Karena tujuan utama pendalaman mistik Flo adalah untuk menguji dirinya sendiri, sampai sejauh mana ia bisa menoleransi rasa takutnya. Ia kecanduan getar-getar mara bahaya dunia lain. Flo sedikit lebih parah sintingnya dibanding Mahar.
Maka untuk merealisasikan semua tujuan itu dan untuk menikmati hobinya, mereka berdua menyusun sebuah rencana sistematis. Langkah awal mereka adalah membentuk sebuah organisasi rahasia para penggemar paranormal. Setelah kasak- kusuk sekian lama, tak dinyana ternyata mereka mampu menemukan anggota-anggota se-paham yang sangat antusias. Mereka membentuk sebuah perkumpulan yang disebut Societeit de Limpai dan melakukan pertemuan rutin serta aktivitas perklenikan secara diam-diam.
Semakin lama aktivitas itu semakin tinggi dan tak jarang melibatkan perjalanan yang jauh. Tak terbayangkan ke mana keingintahuan dapat membawa manusia: ke gunung tertinggi, ke gua yang gelap, melintasipadang, menuruni ngarai, me-nyeberangi lumpur, sungai, dan laut. Sing-kat-nya, organisasi bawah tanah ini sangat sibuk dan menuntut pengadministrasian jadwal, dana, dan properti sehingga mereka membutuhkan bantuan seorang sekretaris merangkap bendahara!
Ketika aku ditawari posisi itu, aku segera menyambarnya. Meskipun tidak ada honornya sepeser pun tapi aku merasa terhormat menjadi seorang sekretaris dari sebuah gerombolan orang-orang yang bersahabat dengan hantu. Aku juga bangga karena jabatan itu menunjukkan bahwa aku punya cukup integritas untuk memegang uang, artinya paling tidak aku bisa dipercaya walaupun hanya dipercaya oleh orang-orang yang sudah tidak lurus pikirannya.
Tugasku sederhana dan cukup diatur melalui sebuah buku register. Tugas tersebut adalah mencatat iuran anggota, menyimpan uangnya, dan mencatat barang-barang pribadi milik anggota yang akan dijual atau digadaikan guna membeli peralatan dan membiayai ekspedisi. Tugas lainnya adalah mengatur pertemuan rahasia. Biasanya undangan dibuat oleh bosku, Mahar atau Flo, dan aku harus mengedarkannya pada seluruh anggota. Seperti sore ini misalnya, Flo menyerahkan undangan padaku, isinya:
Rapat mendesak, Los V/B pasar ikan, Pk. 7 tepat.
Be thereor be damned!
Next Novel Laskar Pelangi Bagian 27 (Detik - detik Kebenaran)
Next Novel Laskar Pelangi Bagian 27 (Detik - detik Kebenaran)
Laskar Pelangi Adalah Novel Karya Andrea HirataTanpa Bermaksud Merugikan Sang Penulis,Cuma Sekedar Sharing Saja. Jangan Lupa Silahkan Beli Novel Karya - Karya Beliau.
0 Komentar:
Post a Comment